Selamat Hari Ibu, Ma!


Cerita ini sangat tidak layak untuk anda baca. Karena saya masih belajar untuk mengarang cerita. Dan saya hanya ingin memenuh-menuhkan note saya saja.

“Kami tidak bisa menyembuhkan mama kamu, karena tidak ada obat dan tidak ada operasi yang bisa menyembuhkan penyakit itu. Para dokter, professor, dan ilmuwan pun belum pernah menemukan obatnya. Sekali lagi kami minta maaf yang sebesar-besarnya.” Dokter memvonis Mama terkena penyakit kanker yang sudah akut dan sejauh ini belum ada metode penyembuhan yang bisa menyembuhkan penyakit itu.
Yang bisa kulakukan hanya menangis melihat kondisi Mama yang rapuh itu. Aku melihat Mama tidur dengan nyenyak seusai di chemotherapy. Aku sedih melihat Mama berjuang keras untuk sembuh dari penyakit ini. Aku ingat Mama pernah mengucapkan keinginannya, yang Mama inginkan hanyalah menemaniku, kakakku, dan juga adikku lulus kuliah hingga kami menikah dan mempunyai anak. Keinginan itulah yang membuat Mama berjuang keras untuk sembuh dari penyakit yang mematikan itu.
Aku ingin menemani Mama tidur. Aku ingin membuat Mama tersenyum dan bahagia melihat anaknya menemani dia ketika dia sedang berusaha keras melawan penyakitnya.
Di pagi yang cerah, Mama bangun dan melihatku tidur di samping ranjangnya sambil tersenyum.
“Sayang, bangun. Kita pulang yuk. Mama ingin istirahat di rumah.” Mama membangunkanku dengan lembut sekali. Itulah yang ku sukai dari Mama.
“Mama udah bangun. Maaf ya Ma, aku ketiduran.” Ujarku sambil tersenyum.
“Ya sudah. Sekarang kita pulang. Pasti yang lain sudah nunggu kita.”
“Iya, Ma.”

~Flash back~
“Mama, aku pengen deh ngeliat Mama ada waktu aku lulus kuliah nanti. Aku pengen Mama bangga sama aku. Aku juga pengen Mama ngeliat aku sukses, punya keluarga, punya anak.” Ucapku penuh gembira di samping Mama yang sedang tersenyum. Waktu itu umurku masih 12 tahun.
“Mama janji, sayang. Mama akan nemenin kamu lulus kuliah. Mama juga pengen ngeliat kamu punya keluarga yang bahagia. Yang penting kamu harus janji sama Mama, kamu harus belajar yang rajin supaya kalau besar nanti kamu bisa sukses.” Mama tersenyum bahagia melihatku bahagia.
“Aku janji, Ma. Aku bakal rajin belajar supaya bisa jadi orang sukses.”


Sampai suatu ketika, disaat acara perpisahan SMA-ku selesai, Tuhan menjemput Mama. Mama menghembuskan nafas yang terakhir kalinya. Mama telah pergi dari dunia. Mama meninggalkan aku, kakak, adik, dan ayah.
Aku langsung tidak sadarkan diri. Aku tidak kuat menyadari kalau Mama telah tiada.
Di saat aku bangun. Jenazah Mama sedang dikuburkan. Aku baru mengetahuinya ketika aku memaksakan kakakku berbicara. Aku langsung menyuruhnya mengantarkanku ke kuburan Mama.
Ketika semua orang pergi dari kuburan Mama, aku baru sampai di tempat itu. Aku menatap dalam-dalam kuburan itu. Aku hanya diam. Mataku sembab, aku sudah tidak bisa menangis lagi untuk Mama.
Dan aku hanya bisa berkata: “Ma, aku akan nepatin janjiku ke Mama. Aku harus sukses, setelah lulus kuliah nanti. Aku akan bahagia bersama keluarga aku nantinya. Ma, selamat jalan ya. Aku akan mendoakan Mama, supaya Mama bahagia di atas sana.” “Selamat hari Ibu, Ma.”
Lalu aku pergi meninggalkan kuburan Mama dengan perasaan sedih.

Mengenai Saya